ORANG yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) tinggi cenderung tidak mampu mendeteksi suatu kebohongan yang diutarakan orang lain.
Hal tersebut diungkapkan peneliti Universitas British Columbia setelah melakukan pengamatan terhadap 116 partisipan.
Laporan penelitian itu kemudian dipublikasikan lewat jurnal Legal and Criminological Psychology, akhir pekan lalu.
Pemimpin penelitian Stephen Porter menyatakan hasil penelitiannya telah menunjukkan bahwa EQ menyebabkan efek paradoks dalam menilai kejujuran seseorang.
Para paritisipan itu diperlihatkan 20 video dari berbagai wilayah di dunia. Beberapa dari video itu menunjukkan permohonan serta pengakuan tanggung jawab atas hilang atau terbunuhnya seseorang.
Usai menyaksikan video tersebut, para partisipan pun diminta mengisi kuosioner untuk mengukur EQ serta persepsi partisipan atas video-video tersebut.
Walhasil, partisipan yang memiliki EQ lebih tinggi terlalu percaya diri dalam menilai ketulusan serta perasaan simpatik terhadap orang-orang dalam video. (LiveScience/MI/Wrt3)
Hal tersebut diungkapkan peneliti Universitas British Columbia setelah melakukan pengamatan terhadap 116 partisipan.
Laporan penelitian itu kemudian dipublikasikan lewat jurnal Legal and Criminological Psychology, akhir pekan lalu.
Pemimpin penelitian Stephen Porter menyatakan hasil penelitiannya telah menunjukkan bahwa EQ menyebabkan efek paradoks dalam menilai kejujuran seseorang.
Para paritisipan itu diperlihatkan 20 video dari berbagai wilayah di dunia. Beberapa dari video itu menunjukkan permohonan serta pengakuan tanggung jawab atas hilang atau terbunuhnya seseorang.
Usai menyaksikan video tersebut, para partisipan pun diminta mengisi kuosioner untuk mengukur EQ serta persepsi partisipan atas video-video tersebut.
Walhasil, partisipan yang memiliki EQ lebih tinggi terlalu percaya diri dalam menilai ketulusan serta perasaan simpatik terhadap orang-orang dalam video. (LiveScience/MI/Wrt3)