Penulis: Ustadz Abu Abdillah
Sumber: Buletin Al-Ilmu Edisi No. 20/V/XI/1434 H
Sumber: Buletin Al-Ilmu Edisi No. 20/V/XI/1434 H
Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Dan karena ucapan mereka (orang-orang Yahudi):
Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul
Allah. Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya,
tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi
mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang
(pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh
itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu,
kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa
yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah
mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.” (An-Nisa’: 157-158)
Para pembaca, sangatlah pantas jika orang-orang Yahudi adalah sekelompok manusia yang dilaknat dan dimurkai oleh Allah subhanahu wata’ala.
Perangainya yang licik dan perilakunya yang jahat menjadikan mereka
sebagai umat yang hina dan rendah. Banyak ayat Al-Qur’an yang telah
menjelaskan tentang watak dan sepak terjang Yahudi yang tercela ini.
Di antara kejahatan yang pernah dilakukan oleh orang-orang Yahudi adalah upaya pembunuhan terhadap salah satu nabi utusan Allah subhanahu wata’ala yang mulia, yaitu Isa Al-Masih bin Maryam ‘alaihissalam,
setelah sebelumnya mereka dengki kepada beliau, mendustakan, dan tidak
mau beriman kepada beliau. Begitulah Yahudi, membunuh nabi merupakan
sifat dan kebiasaan mereka sejak dahulu. Kalau para nabi saja mereka
bunuh, maka tentu menumpahkan darah kaum muslimin secara umum merupakan
perbuatan yang lebih ringan lagi bagi mereka. Sehingga tidaklah
mengherankan jika kemudian orang-orang Yahudi di masa kini dengan
mudahnya melakukan pembantaian terhadap saudara-saudara kita kaum
muslimin di Palestina dan di negeri-negeri lainnya.
Orang-orang Yahudi mengklaim telah berhasil membunuh Nabi Isa ‘alaihissalam. Namun ayat 157 surah An-Nisa’ ini membantah pengakuan mereka itu. Allah subhanahu wata’ala menjaga dan melindungi Nabi Isa ‘alaihissalam dari makar jahat mereka. Allah subhanahu wata’ala tidak membiarkan jiwa dan darah Nabi-Nya yang suci itu terkotori oleh tangan-tangan najis orang-orang Yahudi.
Peristiwa Penyaliban Itu
Dalam tafsirnya, al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan bahwa di antara kisah mengenai orang-orang Yahudi -semoga laknat Allah subhanahu wata’ala, kemurkaan, kemarahan, dan adzab-Nya selalu menimpa mereka- adalah tatkala Allah subhanahu wata’ala mengutus Isa bin Maryam ‘alaihissalamdengan
membawa bukti-bukti (kebenaran risalah-Nya) yang nyata dan petunjuk,
mereka (orang-orang Yahudi) dengki kepadanya karena beliau telah
dikaruniai oleh Allah subhanahu wata’ala berupa risalah kenabian
dan berbagai mukjizat yang nyata. Di antara mukjizatnya adalah dapat
menyembuhkan orang yang buta dan orang yang terkena penyakit sopak
(penyakit belang pada kulit), menghidupkan kembali orang yang telah mati
dengan izin Allah subhanahu wata’ala, mampu membuat patung
seekor burung dari tanah liat lalu ia meniupnya dan jadilah patung itu
burung sungguhan dan dapat terbang dengan disaksikan oleh banyak orang
dengan seizin Allah subhanahu wata’ala, serta berbagai mukjizat lainnya sebagai bentuk pemuliaan Allah subhanahu wata’ala tehadap beliau ‘alaihissalam. Berbagai mukjizat tersebut atas kehendak Allah subhanahu wata’ala melalui kedua tangan Nabi Isa ‘alaihissalam.
Walaupun demikian, orang-orang Yahudi mendustakan beliau dan
menyelisihinya, serta berupaya untuk mengganggunya dengan segenap
kemampuan yang mereka miliki. Sehingga hal ini menyebabkan Nabiyullah
Isa ‘alaihissalam tidak bisa tinggal dalam satu negeri bersama
mereka, namun beliau banyak mengembara, dan ibunya (Maryam) pun ikut
mengembara bersama beliau ‘alaihissalam.
Orang-orang Yahudi masih belum puas dengan keadaan ini. Akhirnya
mereka pun berusaha menemui Raja Dimasyq (Damaskus) di masa itu. Raja
Dimasyq adalah seorang musyrik penyembah bintang, para pemeluk agamanya
dikenal dengan sebutan pemeluk agama Yunani.
Ketika orang-orang Yahudi itu sampai kepada raja tersebut, mereka
menyampaikan (berita dusta) kepadanya bahwa di Baitul Maqdis terdapat
seorang lelaki yang menebarkan fitnah di tengah-tengah manusia,
menyesatkan mereka, dan mengajak mereka agar memberontak kepada raja. Si
raja pun murka demi mendengar laporan tersebut. Kemudian ia menulis
surat kepada wakilnya (kepala daerah) yang ada di Baitul Maqdis,
memerintahkan agar menangkap lelaki yang dimaksud, lalu menyalibnya, dan
meletakkan duri-duri di kepalanya agar tidak mengganggu orang-orang
lagi.
Ketika surat raja itu sampai kepadanya, ia segera melaksanakan
perintah rajanya itu. Lalu ia berangkat bersama sekelompok orang Yahudi
menuju sebuah rumah yang di dalamnya terdapat Nabi Isa‘alaihissalam.
Ketika itu, beliau bersama sejumlah sahabatnya, jumlah mereka ada dua
belas atau tiga belas orang. Menurut pendapat yang lain adalah tujuh
belas orang. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Jum’at, sesudah waktu
Ashar, yaitu malam Sabtu. Mereka pun mengepung rumah tersebut.
Ketika Nabi Isa ‘alaihissalam merasa bahwa mereka pasti dapat
memasuki rumah itu atau ia (terpaksa) keluar rumah dan akhirnya pasti
berjumpa dengan mereka, maka ia pun berkata kepada para sahabatnya,
“Siapakah di antara kalian yang bersedia untuk diserupakan dengan
diriku? Kelak ia akan menjadi temanku di surga.” Maka ada seorang pemuda
yang bersedia untuk itu. Namun Nabi Isa ‘alaihissalam memandang
pemuda itu masih terlalu kecil untuk melakukannya. Sehingga ia pun
mengulangi permintaannya sebanyak dua atau tiga kali. Tetapi setiap kali
ia mengulangi perkataannya, tidak ada seorang pun yang bersedia kecuali
pemuda itu. Akhirnya Nabi Isa ‘alaihissalam pun berkata, “(Kalau memang demikian), kamulah orangnya.” Maka Allah subhanahu wata’ala menjadikannya mirip seperti Nabi Isa ‘alaihissalam, hingga seolah-olah ia memang Nabi Isa ‘alaihissalam sendiri.
Lalu terbukalah salah satu bagian dari atap rumah itu, dan Nabi Isa ‘alaihissalam tertimpa rasa kantuk yang sangat hingga ia pun tertidur. Dalam keadaan demikian, Allah subhanahu wata’ala mengangkat beliau ‘alaihissalam menuju langit sebagaimana firman-Nya dalam surah Ali Imran ayat 55.
Setelah Nabi Isa ’alaihissalam diangkat ke langit, para sahabatnya keluar. Ketika mereka (orang-orang yang hendak menangkap Nabi Isa ‘alaihissalam) melihat pemuda (yang mirip Nabi Isa ‘alaihissalam) itu, mereka menyangka ia adalah Nabi Isa ‘alaihissalam. Pada malam itu juga mereka menangkap dan menyalibnya, serta meletakkan duri-duri di kepalanya.
Orang-orang Yahudi menampakkan bahwa merekalah yang telah berhasil menyalib Nabi Isa ‘alaihissalamdan
mereka merasa bangga dengan hal ini. Ternyata beberapa kalangan dari
orang-orang Nasrani juga mempercayai hal tersebut (bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam disalib) karena kebodohan dan pendeknya akalnya mereka. Kecuali mereka yang ada di rumah tersebut bersama Nabi Isa Al-Masih ‘alaihissalam, mereka tidak mempercayainya karena menyaksikan sendiri bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam diangkat
ke langit. Adapun selain dari mereka, semuanya menyangka sebagaimana
yang disangka oleh orang-orang Yahudi, bahwa orang yang disalib itu
adalah Isa Al-Masih putra Maryam ‘alaihissalam.
Hingga akhirnya mereka pun menyebutkan (sebuah mitos) bahwa Ibunda
Maryam duduk di bawah orang yang disalib itu dan menangisinya.
Disebutkan pula bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam (yang mereka sangka disalib itu) bisa berbicara dengan ibundanya itu. Wallahu a’lam. (lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Mereka Sendiri Meragukannya
Walaupun mereka mengaku telah membunuh dan menyalib Isa Al-Masih ‘alaihissalam, namun sebenarnya mereka sendiri ragu, apakah yang dibunuh dan disalib itu benar-benar Nabi Isa ‘alaihissalamatau bukan. Allah Dzat yang Maha Mengetahui isi hati hamba-Nya menyatakan (artinya):
“Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang
(pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh
itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu,
kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa
yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (An-Nisa’: 157).
Kini, Orang-Orang Nasrani Telah Menyimpang dari Ajaran Isa Al-Masih
Orang-orang Nasrani yang masih saja mempercayai bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam (Yesus menurut mereka) sudah meninggal dalam keadaan tersalib, maka sungguh mereka telah tertipu. Allah subhanahu wata’ala telah menyelamatkan dan mengangkat beliau ke langit. Dengan kehendak dan kemampuan-Nya, Nabi Isa ‘alaihissalam masih hidup hingga sekarang, dan nanti di akhir zaman, Allah subhanahu wata’alaakan menurunkan beliau kembali ke muka bumi dalam rangka menjalankan syariat Islam sebagaimana yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, menyeru umat manusia untuk menauhidkan Allah subhanahu wata’ala, mengajak mereka agar beribadah dan sujud hanya kepada-Nya, serta menjauhkan mereka dari segala bentuk kesyirikan.
Demikianlah sejak awal mula diangkat menjadi rasul, sampai meninggalnya nanti setelah turun ke bumi, Nabi Isa ‘alaihissalam senantiasa mengajak umat manusia agar beribadah hanya kepada Allahsubhanahu wata’ala. Nabi Isa ‘alaihissalam tidak akan pernah rela diibadahi dan dipertuhankan. Nabi Isa‘alaihissalam tidak pernah mengajak umatnya untuk menyembah beliau dan tidak pula mengajak umatnya agar sujud kepada ibundanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya),
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam,
adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua
sesembahan selain Allah?” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah
patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya).” (Al-Maidah: 116)
Kalau Nabi Isa ‘alaihissalam menyaksikan keyakinan dan
kehidupan beragama orang-orang Nasrani sekarang, pasti beliau akan
mengingkarinya dan akan menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang
kafir. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya),
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
“Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam”, padahal Al-Masih
(sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, beribadahlah kepada Allah Rabbku
dan Rabb kalian semua.” (Al-Maidah: 72)
Allah subhanahu wata’ala juga berfirman (artinya),
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya
Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada
sesembahan yang berhak diibadahi kecuali sesembahan Yang Esa. Jika
mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti
orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang
pedih.” (Al-Maidah: 73)
Allah subhanahu wata’ala juga berfirman (artinya),
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan
orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah.” Demikianlah
itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan
orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana
mereka sampai berpaling?” (At-Taubah: 30)
Ketika turun ke muka bumi ini, Nabi Isa ‘alaihissalam akan
berjuang bersama kaum muslimin untuk menegakkan syariat Islam dan
memerangi kekufuran dan syiar-syiarnya. Beliaulah yang akan membunuh
Dajjal, menghancurkan salib yang merupakan simbol kebesaran dan syiar
kaum Nasrani, membunuh babi-babi, dan beliau tidak menghendaki apapun
dari orang-orang kafir melainkan mereka harus masuk Islam, karena jizyah (upeti) sudah tidak berlaku lagi. Hal ini sebagaimana yang telah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ
فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَكَمًا
مُقْسِطًا، فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ، وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ، وَيَضَعَ
الْجِزْيَةَ، وَيَفِيضُ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ.
“Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya (Demi Allah), sungguh
telah dekat saatnya Isa putra Maryam turun di tengah-tengah kalian
sebagai hakim yang adil (yang menjalankan syariat ini), ia akan
menghancurkan salib, membunuh babi, meletakkan (tidak memberlakukan)
jizyah, dan harta akan melimpah sampai-sampai tidak ada seorangpun yang
mau menerimanya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Wallahu a’lam bish shawab.